UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS ANAK K1 UNTUK MERESPON DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI METODE STORY TELLING DI TK SEMESTA KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG TAHUN AJARAN 2021/2022

Dwi RSG, Hariri . NPM 19156075 . UPAYA PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS ANAK K1 UNTUK MERESPON
DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI METODE STORYTELLING DI
TK SEMESTA KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG TAHUN
AJARAN 2021/2022. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Ilmu pendidikan UNIVERSITASPGRI Semarang.
UPGRIS Semarang. 2022.
Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah permasalahan
kurang maksimalnya respon yang diterima dalam Bahasa Inggris untuk anak
usia 5-6 tahun di kelompok K1 di TK Semesta. Dalam satu kelompok usia 5-
6 tahun yang berjumlah 19 anak, ada sekitar 17 anak yang belum dapat
untuk merespon dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru menggunakan
metode storytelling untuk meningkatkan berfikir kritis mereka dalam
merespon Bahasa Inggris. Story telling ini dilakukan ketika kegiatan
pembukaan setiap harinya. Oleh karenanya, untuk mengetahui seberapa jauh
metode storytelling ini untuk meningkat respon Bahasa Inggris anak, maka
perlu diadakan penelitian Tindakan di tahu ajaran 2021/2022.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif Tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan selama 2
minggu berturut-turut dari minggu ke-3 bulan November yaitu di tanggal 16
– 18 November 2021 dan minggu ke-4 di bulan November yaitu di tanggal
22- 24 November 2021. Subyek dari penelitian ini adalah anak kelompok K1
yang berjumlah 19 anak. Prosedur penelitian menggunakan penelitian
Tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Dan masing-masing siklus tersebut
terdiri dari 4 tahapan yaitu : 1). Perencanaan, 2). Pelaksanaan, 3). Observasi
dan 4). Refleksi.
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian tersebut dianalisis
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk berfikir kritis dalam merespon
Bahasa Inggris dapat ditingkatkan dengan metode storytelling. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah anak di setiap pertemuan di
masing-masing siklus. Pada awal Tindakan hanya terdapat 2 anak dengan
prosentase 11% yang menunjukan respon baik dalam berbahasa Inggris. Dan
di akhir tindakan, terdapat 16 anak atau 84% yang menunjukkan respon baik
dalam berbahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berfikir kritis anak K1 dalam
merespon Bahasa Inggris dapat ditingkatkan dengan metode storytelling.